Viral Nabi Muhammad – Media sosial kembali di guncang oleh sebuah pernyataan super kontroversial yang di lontarkan oleh seorang YouTuber yang tanpa ragu menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai “tokoh fiktif.” Kalimat tersebut muncul dalam sebuah video berdurasi kurang dari 10 menit, namun dampaknya luar biasa masif. Video itu langsung menyebar seperti api di tengah padang ilalang yang kering, memicu gelombang kemarahan dari umat Islam dan publik luas.
Dalam video tersebut, sang YouTuber yang memiliki ribuan pengikut dengan percaya diri mengutarakan pandangannya yang menolak eksistensi tokoh agama besar, termasuk Nabi Muhammad. Gaya penyampaian yang provokatif dan cenderung merendahkan itu memantik ledakan emosi dan membuat banyak netizen merasa di lecehkan secara spiritual.
Reaksi Publik Karena Viral Nabi Muhammad Disebut Tokoh Fiktif
Komentar kecaman membanjiri akun YouTube pelaku, bahkan akun media sosial pribadinya turut di serbu oleh netizen yang marah. Tak hanya itu, tagar seperti #PenistaanAgama dan #TangkapYouTuberFiktif sempat menjadi trending di berbagai platform, dari Twitter hingga TikTok.
“Ini sudah kelewatan! Bukan hanya menyinggung, ini penghinaan terhadap keyakinan kami!” tulis salah satu netizen di kolom komentar.
Baca Berita Lainnya Juga Hanya Di invention-info.com
Sebagian warganet menilai bahwa kebebasan berekspresi tidak bisa di jadikan tameng untuk menghina agama. Ada batas yang jelas antara kritik dan penghinaan, dan pernyataan YouTuber tersebut di nilai telah melampaui batas dengan sangat jelas.
Laporan Polisi: Proses Hukum Dimulai
Tak butuh waktu lama, sejumlah organisasi masyarakat dan individu yang merasa tersinggung langsung melaporkan YouTuber tersebut ke pihak kepolisian. Salah satu pelapor adalah tokoh dari ormas Islam besar di Indonesia, yang menyatakan bahwa konten seperti itu tidak boleh di biarkan karena bisa merusak kerukunan antarumat beragama.
Pihak kepolisian membenarkan bahwa laporan sudah di terima dan sedang dalam tahap pemeriksaan. Jika terbukti melanggar UU ITE dan pasal tentang penodaan agama, YouTuber tersebut bisa di jerat dengan hukuman penjara yang tidak ringan.
“Ini bukan soal kebebasan berbicara. Ini soal tanggung jawab dan etika dalam bermedia,” ujar salah satu petugas kepolisian saat memberikan keterangan kepada media.
Jejak Digital yang Membakar
Tak berhenti di satu video, netizen mulai mengorek jejak digital si YouTuber dan menemukan bahwa bukan pertama kalinya ia mengunggah konten-konten yang menyinggung agama. Beberapa video lama menunjukkan pola pikir yang mirip cenderung menolak eksistensi tokoh-tokoh religius dan menyebarkan teori-teori yang tidak berdasar.
Namun video terakhir inilah yang menjadi puncak kemarahan publik. Karena menyasar langsung figur sentral dalam Islam, reaksi keras pun muncul dari segala arah baik dari individu, komunitas, hingga tokoh agama nasional.
YouTuber Bungkam, Tapi Api Sudah Terlanjur Menyala
Setelah badai kritik meledak, YouTuber tersebut memilih untuk tidak memberikan klarifikasi langsung. Akunnya sempat hilang dari platform YouTube selama beberapa jam, diduga karena laporan massal dari publik. Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa ia sempat muncul kembali melalui akun cadangan, dengan gaya bicara yang tidak jauh berbeda: menantang, sinis, dan tidak menunjukkan penyesalan.
Sikap bungkam dan defensif itu justru semakin menyulut kemarahan. Banyak yang menilai bahwa YouTuber ini sengaja mencari sensasi demi menaikkan engagement dan jumlah subscriber, walaupun harus mengorbankan perasaan jutaan umat.
Dunia Digital: Medan Perang Baru bagi Penistaan Agama?
Fenomena ini membuka kembali diskusi besar soal bagaimana internet dan platform seperti YouTube menjadi sarang bagi ujaran kebencian berkedok kebebasan berekspresi. Para pengguna bebas berbicara, tapi apakah semua bentuk ekspresi layak diberi panggung?
Banyak yang meminta YouTube bertindak tegas, tak hanya menghapus video, tapi juga memblokir kanal pelaku secara permanen. Namun, seperti biasa, platform digital kerap lambat dalam merespons isu sensitif seperti ini membuat publik semakin frustrasi.
Sementara itu, ormas-ormas Islam terus mendorong agar kasus ini diproses secara hukum secepat mungkin. Mereka menilai bahwa bila tidak ditindak, akan muncul lebih banyak provokator lain yang meniru demi keuntungan pribadi.
Gelombang Solidaritas Umat
Menariknya, bukan hanya umat Islam yang bereaksi. Sejumlah tokoh dari lintas agama juga mengecam pernyataan si YouTuber, dan menyuarakan pentingnya menghormati simbol kepercayaan orang lain. Mereka melihat bahwa aksi seperti ini berpotensi menciptakan konflik horizontal yang serius di tengah masyarakat.
Satu hal yang pasti: kontroversi ini telah membangkitkan kembali kesadaran akan pentingnya menjaga etika dalam ruang publik digital. Tapi api sudah terlanjur menyala dan publik menuntut pertanggungjawaban.